Senin, 27 April 2015

Museum Tekstil


Museum Tekstil merupakan sebuah cagar budaya yang secara khusus mengumpulkan, mengawetkan, serta memamerkan karya seni yang berkaitan dengan pertekstilan Indonesia. Bertempat di Jalan Aipda K.S. Tubun No.4, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, museum ini secara resmi dibuka pada tanggal 28 Juli 1976 dan berdiri dengan menempati gedung tua di atas areal seluas 16.410 meter persegi.

Dalam sejarahnya, gedung yang digunakan sebagai museum ini dahulu merupakan rumah pribadi seorang warga keturunan Perancis yang hidup di abad ke-19. Namun gedung ini kemudian dijual pada seorang anggota konsulat Turki bernama Abdul Aziz Al Musawi Al Katiri. Pada tahun 1942, gedung ini dijual lagi kepada Karel Cristian Cruq kemudian gedung ini beralihtangan lagi dan dijadikan Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR) pada saat menjelang kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1947, kepemilikan gedung ini dipegang oleh seseorang yang bernama Lie Sion Phin. Setelah beberapa kali beralih kepemilikan dan beralih fungsi, akhirnya pada tahun 1975, gedung ini diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan dijadikan sebagai Museum Tekstil. Peresmian Museum Tekstil dilakukan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976.

Alat tenun

Museum Tekstil membagi koleksinya dalam beberapa kelompok, yaitu koleksi kain tenun, batik, koleksi kontemporer, koleksi campuran, peralatan pembuatan batik/tenun dan lainnya. Dari koleksi tersebut dapat dilihat dan dipelajari perkembangan motif-motif kain tradisional Nusantara dari masa ke masa. Awalnya, koleksi Museum Tekstil berasal dari sumbangan Wastraprema dan berhasil mengumpulkan sekitar 500 koleksi. Penambahan koleksi hingga kini dilakukan dengan pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah atau Dinas Museum dan Pemugaran atau Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, serta sumbangan dari masyarakat baik individu maupun kelompok. Koleksi museum terdiri dari benda-benda yang ada hubungannya dengan dunia pertekstilan Nusantara dari akhir abad ke-18 sampai masa kini.  


Batik
 Batik menjadi koleksi utama yang ditampilkan di Museum Tekstil. Di museum ini, wisatawan bisa melihat-lihat berbagai pola kain batik mulai dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Batik khas Yogyakarta, Pekalongan, Solo, Cirebon, Madura, Riau, hingga Palembang semuanya dapat ditemukan di Museum Tekstil Jakarta.
  
Wisatawan yang berkunjung dapat menyaksikan aneka kain batik bermotif geometris sederhana hingga yang bermotif rumit, seperti batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Madura, dan Riau. Kini erdapat sekitar 1.966 benda koleksi Museum Tekstil yang terdiri dari 697 kain batik, 783 kain tenun, 101 busana dan tekstil kontemporer, 324 koleksi campuran, dan 62 peralatan pembuatan tekstil.
 
 
Salah satu koleksi  Museum Tekstil


Beberapa koleksi batik dan canting

Berbeda dengan museum pada umumnya dimana pengunjung hanya bisa berjalan-jalan dan melihat koleksi yang dipamerkan, Museum Tekstil Jakarta mengajak pengunjung untuk turut aktif menciptakan hasil karya sendiri. Museum Tekstil membuka kursus belajar membatik, menenun dan berbagai jenis pelatihan lainnya berkaitan dengan tekstil Indonesia seperti kursus pewarna alam, ikat celup, aplikasi manik-manik, silk painting, dan sulam.  Salah satu yang paling diminati adalah pelatihan batik. Karena proses dan pengolahannya yang bisa dibilang rumit, kita akan merasa tertantang untuk mencoba membatik.

 
Wisatawan asing belajar membatik


Para siwa belajar membatik menggunakan canting
  
Peserta kursus membatik berasal dari segala usia mulai dari anak-anak hingga dewasa, tidak hanya itu kursus membatik ini juga diminati oleh para wisatawan asing yang sengaja berkunjung ke museum ini.  Hanya dengan membayar Rp40.000 per orang, kita bisa mengikuti kursus ini dan akan mendapatkan sehelai kain dan satu set alat membatik. Kursus ini sengaja diadakan sebagai upaya dalam memperkenalkan dan melestarikan batik Indonesia.


Informasi :

Foto :
BatiKrezi

Minggu, 26 April 2015

Kereta Batik Indonesia



Hai BatiKrezi readers! Taukah kamu, ternyata di Indonesia terdapat kereta yang bergerbong Batik bahkan hingga alas kursi penumpang juga bertemakan Batik loh. PT Kereta Api Indonesia (Persero) meluncurkan inovasi terbarunya untuk memberikan layanan dan kenyamanan kepada penumpang. Kali ini Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya turut berkarya dengan meluncurkan kereta bermotif batik yang mengangkat tema cinta budaya Indonesia. 



Kereta batik KA Sancaka diresmikan oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Seperti dikutip detikFinance, Jumat (3/8/2012), Tri Rismaharini memuji terobosan yang dilakukan oleh PT KAI Daop 8. “Ini adalah upaya yang patut kita hargai, terobosan yang sangat bagus. Saya yakin penumpang akan merasakan kenyamanan transportasi ini,” tuturnya. Motif batik yang digunakan pada kereta makan KA Sancaka adalah motif batik Lasem dari Madura, karena letak geografis Daop 8 yang berada di Surabaya.

Motifnya sederhana dan didominasi warna merah, kuning dan putih. Kereta makan untuk KA Sancaka ini merupakan kereta  relasi Yogyakarta – Surabaya. Sehari setelah peluncurkan kereta batik KA Sancaka, pada Sabtu 28 Juli 2012 di Stasiun Blitar diluncurkan kereta batik 




KA Gajayana juga tidak kalah seru, kereta ini juga diresmikan oleh Walikota Blitar Samanhudi Anwar. Lantunan gamelan nan merdu mengiringi prosesi peresmian kereta. KA Gajayana ini merupakan Kereta relasi Malang - Jakarta. Motif batik di kereta makan KA Gajayana adalah motif Bekisar dan Truntum yang merupakan motif batik khas daerah pesisir. Corak warna didominasi warna ungu dan putih. 

Batik merupakan warisan budaya negri yang patut dilestarikan. Oleh karena itu, dua kereta makan/restorasi kini dipoles penampilannya dengan corak batik. Kereta makan untuk KA Sancaka relasi Yogyakarta -Surabaya dan KA Gajayana relasi Malang - Jakarta. Corak batik itu melekat pada dinding eksterior dan interior kereta makan.

Referensi artikel:

Referensi Gambar: